Kesalahan utamanya adalah skrip yang lagi-lagi tak konsisten menuangkan premis simpel itu untuk menjadi sebuah film berdurasi cukup untuk konsumsi layar lebar. Salah atau tidak, di luar adegan KW-nya KW yang kelanjutannya masih dicoba untuk dimodifikasi lagi, sebenarnya Cassandra dan Alim sudah mempunyai elemen-elemen potensial yang bisa jauh lebih baik dari apa yang muncul dalam ‘Crazy Love’. At least, kenapa kita tak bisa seperti sinema Asia lain sekarang yang bisa meramu elemen-elemen tiruan dari sana-sini dengan racikan lebih kreatif?
Ada kebiasaan buruk di perfilman
kita sejak zaman dulu. Selagi film-film Asia lain termasuk Chinese atau Bollywood
movies menjiplak film luar, kita justru bukan menjiplak source-nya,
tapi lebih ke produk jiplakan atau KW-nya. Okelah. Mungkin ini disebabkan
adanya kedekatan budaya yang lebih, tapi mudah-mudahan bukan sekedar mencari
gampang atau malah tak tahu film aslinya. Dan kebiasaan ini masih tersisa
hingga sekarang. Meski dalam konteks jualan sah-sah saja, tapi alangkah baiknya
kalau ada cara lebih inovatif atau kreatif untuk meniru, terinspirasi, atau
apalah sebutannya.
‘Crazy Love’ yang hadir dari Maxima minggu ini lewat jalur peredaran
yang sedikit berbeda dari film-film kita sebelumnya, rilis seminggu sebelum
jadwal rilis seharusnya, katanya untuk tes pasar di tengah jumlah penonton film
nasional yang sedang anjlok-anjloknya, entah benar atau tidak, untungnya, tidak
separah itu. As they, orang-orang yang ada di balik filmnya sendiri, said,
bahwa ‘Crazy Love’ terinspirasi dari sebuah romcom remaja Taiwan yang
sangat fenomenal tahun 2011 lalu di negaranya bahkan sampai ke review-review media
internasional dan mendapat banyak penghargaan, ‘You Are The Apple Of My Eye’. Is
that movie a rip off? Jawabannya tergantung pandangan masing-masing orang.
Banyak juga tudingan menuduhnya sebagai The Asian ‘American Pie’, but
I’d say, hanya ketemplate film-film komedi remaja saja, secara ‘You Are
The Apple Of My Eye’ merupakan semi otobiografi Taiwanese author, Giddens
Ko, tentang pengalaman masa remajanya. Malah dalam beberapa sisi berbeda, storytelling style dan
konklusi itu juga sangat mengingatkan ke ‘My Girl‘-nya Thailand yang
diadopsi versi dubbing-nya disini sebagai ‘Cinta Pertama‘ oleh Rizal
Mantovani secara kreatif dulu. Apapun itu, yang jelas, film Giddens
Ko itu memang secara keseluruhan digagas dengan pendekatan berbeda dari
banyak film sejenis. Almost worked like magicdibalik elemen-elemen klise
genre sejenisnya.
Namun satu yang cukup krusial adalah sebuah scene yang juga masuk ke
dalam trailer-nya seolah mau memunculkan aji mumpung, atau memang mereka
tak pernah tahu sumber-sumber aslinya berasal dari mana. Adegan yang
jelas-jelas menjiplak sebuah meme marriage proposal video dari Singapura yang
terkenal kemana-mana, antara Tim (Timothy Tiah Ewe Tiam ; co-founder dari
sebuahSingapore-based ad-blogging site terbesar, Nuffnang) dan Audrey (Audrey
Ooi Feng Ling), kekasihnya, seorang blogger dari Malaysia.
Selagi marriage proposalnyata itu terinspirasi dari sebuah adegan dalam ‘Love
Actually’, yang juga menginspirasi banyak video sejenis dari berbagai negara,
sisi kreatif Tim & Audrey-lah yang di copy paste oleh ‘Crazy
Love’ ke dalam adegannya, hingga ke templategambar dan nyaris jenis font pada
tulisan di lembaran-lembaran kertas yang digunakannya. Entah memang mereka
merasa meme-meme itu artinya sudah jadipublic domain, or maybe
these guys already earned their copyright, entahlah. Tapi yang jelas, ini
menjiplak inspired products. Ripping off a rip off. Bukan source aslinya.
(Video Tim & Audrey bisa dilihat disini)
The
premise? Tak jauh dari ‘You Are The Apple Of My Eye’ berikut
elemen-elemennya, memang, meskipun ada modifikasi disana-sini dari skrip Cassandra
Massardi dan Alim Sudio. Tentang percintaan masa sekolah antara
Kumbang (Adipati Dolken) dan Olive (Tatjana Saphira). Olive yang jadi incaran
Kumbang bersama tiga orang sahabatnya sejak lama, Abdu (Kemal Pahlevi), Daniel
(Herichan) dan Basuki (Zidni Adam), oleh Kepala Sekolah (Ray Sahetapy) diserahi
tugas menjadi mentor Kumbang yang selalu ketinggalan di sekolah atas sikap
bengalnya. Olive awalnya menolak karena ia tak pernah menyukai prinsip hidup
Kumbang, tapi lama kelamaan, cinta ini menemukan jalannya. Tinggal Kumbang yang
terus dilanda keraguan hingga jauh setelah Olive melanjutkan sekolah ke Jerman,
ia kembali dengan sebuah pesta ulang tahun.
Dalam konteks jualan, dari poster hingga ke tampilan film produksi Maxima
Pictures ini, ‘Crazy Love’ jelas sangat menjual. Tak hanya dari deretan cast-nya,
ada Adipati Dolken dan Tatjana Saphira yang sedang menanjak
namanya di perfilman kita, pemeran-pemeran pendukungnya juga sangat sangat
dikenal. Ray Sahetapy, duet Harry de Fretes – Ira
Wibowo yang sangat mengingatkan ke ‘Lenong Rumpi’, penampilan khusus dua
penyanyi Alena Wu dan Judika Sihotang, berikut sebaris pemeran
sahabat Kumbang serta Putri Una sebagai sahabat Olive.
Tak ada juga yang salah dengan chemistry mereka dalam ‘Crazy Love’. In
a scale of a very pop romcom, semuanya sudah sesuai dengan porsi akting serba
komikalnya, termasuk juga sinematografi Enggar Budiono dan
penyutradaraan Guntur Soeharjanto, salah satu sutradara film kita yang
deretan film-filmnya memang kerap diwarnai turun naik kualitas secara
keseluruhan.
Begitulah, apa yang kita dapatkan dari ‘Crazy Love’,
ketimbang sebuah racikan kreatif dari segala klise-klise itu ternyata tak lebih
dari lagi-lagi, absurditas dalam turnover karakter hingga ke
dialog-dialognya. Alih-alih menggambarkan kebodohan polos serba remaja seperti
‘You Are The Apple Of My Eye’ yang paling tidak masih sangat believable dan
punya magical thrill tak biasa, Cassandra danAlim memilih
bermain aman memodifikasi ngeles-ngeles inspirasi tadi hanya dengan penggunaan
simbol kumbang dan kupu-kupu. Lengkap pula dengan adegan-adegan tipikal, maaf,
buang air, secara cukup eksploitatif. Dari hubunganKumbang dengan
keluarganya, kenakalannya, set-set mirip, adegan flashback
memorable sampai jalan menuju konklusi menarik di ending namun
harus berpanjang-panjang tak karuan dibalik scoring over the top Joseph
S. Djafar,almost a rip off from many movie scorings juga seperti biasanya,
semuanya malah berbalik mementahkan ‘Crazy Love’ lebih mirip sebuah rip
off ketimbang somethingcreatively inspired. You’ll be the judge then,
but I said, walau masih bisa sedikit menghibur, tanpa adegan yang jelas-jelas
KW-nya KW itu pun, senjata berupainspired theme ke ‘You Are The Apple Of
My Eye’ tadi, seharusnya, sangat punya potensi untuk bisa jauh lebih baik dari
ini.