CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Social Profiles

Facebook  Twitter  Google+ Soundcloud Instagram Yahoo

Sabtu, Februari 15, 2014

Legenda Gunung Kelud

Alkisah, ada seorang putri cantik jelita bernama Dyah Ayu Pusparaini. Ia merupakan putri Raja Brawijaya yang bertahta di Kerajaan Majapahit. Sang putri memiliki wajah yang begitu cantik bak rembulan, kulit halus laksana sutera serta tubuh indah nan mempesona. Sudah banyak putra bangsawan dan pangeran yang datang melamar, namun tak satupun lamaran yang diterima oleh Prabu Brawijaya karena kuatir menimbulkan kecemburuan bagi yang lain.

Setelah berpikir keras, sang Prabu pun mengadakan sayembara untuk menentukan calon menantunya. Barang siapa yang berhasil menarik busur sakti Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima, maka dialah yang berhak mempersunting sang putri. Pengumuman sayembara pun  disebar ke penjuru negeri.

Adalah Lembu Sura, seorang pemuda berkepala lembu yang mampu memenuhi permintaan sang Prabu dan berhasil memenangkan sayembara tersebut tanpa diduga. 

Karena penampilan Lembu Sura yang 'buruk rupa' Putri Dyah Ayu Purpasari menolak diperistri. Namun, sebagai seorang raja, Prabu Brawijaya berusaha menepati janjinya dengan tetap ingin menikahkan putrinya dengan Lembu Sura. Menjelang acara pernikahan, sang Putri memberikan satu syarat tambahan kepada Lembu Sura.
Ia meminta dibuatkan sebuah sumur di puncak Gunung Kelud dan harus diselesaikan oleh Lembu Sura dalam waktu hanya satu malam.

Berangkatlah Lembu Sura ke Gunung Kelud. Sesampainya disana, ia menggali tanah dengan menggunakan sepasang tanduknya. Tak lama, galiannya telah cukup dalam hingga ia tak terlihat lagi dari bibir sumur. Melihat hal ini. Putri Dyah panik dan memohon kepada ayahnya untuk menggagalkan upaya Lembu tersebut.

Tak ingin mengecewakan permintaan putrinya, Prabu Brawijaya pun memerintahkan pengawalnya untuk menimbun sumur yang tengah digali oleh Lembu Sura itu.

Para pengawal yang tak membantah perintah tersebut pun segera menimbun galian tersebut dengan tanah dan batu. Tanpa peduli dengan teriakan Lembu dari dalam sumur, para pengawal terus menimbun hingga akhirnya Lembu Sura terkubur di dalamnya. Walau telah terkubur, Lembu Sura mengucapkan sebuah sumpah sakit hati yang terdengar hingga di luar sumur.


"Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung"

(Wahai orang-orang Kediri, suatu saat kalian akan dapat balasanku yang teramat besar. Kediri akan jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung bakal jadi daerah perairan dalam)



Dalam sumpahnya, Lembu Sura berjanji bahwa setiap dua windu sekali dia akan merusak seluruh wilayah kerajaan Prabu Brawijaya. Mendengar kutukan tersebut, Prabu Brawijaya dan seluruh rakyatnya ketakutan. Berbagai upaya dilakukan untuk menangkal kutukan tersebut. Sang Prabu pun memerintahkan para pengawalnya untuk membangun sebuah tanggul yang kokoh (kini telah berubah menjadi Gunung Pegat) dan menyelenggarakan selamatan yang disebut dengan Larung Sesaji. Meski demikian, kutukan Lembu Sura tetap terjadi. Setiap kali Gunung Kelud meletus, dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai amukan balas dendam Lembu Sura terhadap pengkhianatan Prabu Brawijaya dan putrinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar