CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Social Profiles

Facebook  Twitter  Google+ Soundcloud Instagram Yahoo

Sabtu, Februari 15, 2014

Crazy Love (2013) Jiplak Film Taiwan: You Are The Apple of My Eye (2011)





               Kesalahan utamanya adalah skrip yang lagi-lagi tak konsisten menuangkan premis simpel itu untuk menjadi sebuah film berdurasi cukup untuk konsumsi layar lebar. Salah atau tidak, di luar adegan KW-nya KW yang kelanjutannya masih dicoba untuk dimodifikasi lagi, sebenarnya Cassandra dan Alim sudah mempunyai elemen-elemen potensial yang bisa jauh lebih baik dari apa yang muncul dalam ‘Crazy Love’. At least, kenapa kita tak bisa seperti sinema Asia lain sekarang yang bisa meramu elemen-elemen tiruan dari sana-sini dengan racikan lebih kreatif?


               Ada kebiasaan buruk di perfilman kita sejak zaman dulu. Selagi film-film Asia lain termasuk Chinese atau Bollywood movies menjiplak film luar, kita justru bukan menjiplak source-nya, tapi lebih ke produk jiplakan atau KW-nya. Okelah. Mungkin ini disebabkan adanya kedekatan budaya yang lebih, tapi mudah-mudahan bukan sekedar mencari gampang atau malah tak tahu film aslinya. Dan kebiasaan ini masih tersisa hingga sekarang. Meski dalam konteks jualan sah-sah saja, tapi alangkah baiknya kalau ada cara lebih inovatif atau kreatif untuk meniru, terinspirasi, atau apalah sebutannya.

            ‘Crazy Love’ yang hadir dari Maxima minggu ini lewat jalur peredaran yang sedikit berbeda dari film-film kita sebelumnya, rilis seminggu sebelum jadwal rilis seharusnya, katanya untuk tes pasar di tengah jumlah penonton film nasional yang sedang anjlok-anjloknya, entah benar atau tidak, untungnya, tidak separah itu. As they, orang-orang yang ada di balik filmnya sendiri, said, bahwa ‘Crazy Love’ terinspirasi dari sebuah romcom remaja Taiwan yang sangat fenomenal tahun 2011 lalu di negaranya bahkan sampai ke review-review media internasional dan mendapat banyak penghargaan, ‘You Are The Apple Of My Eye’. Is that movie a rip off? Jawabannya tergantung pandangan masing-masing orang. Banyak juga tudingan menuduhnya sebagai The Asian ‘American Pie’, but I’d say, hanya ketemplate film-film komedi remaja saja, secara ‘You Are The Apple Of My Eye’ merupakan semi otobiografi Taiwanese author, Giddens Ko, tentang pengalaman masa remajanya. Malah dalam beberapa sisi berbeda, storytelling style dan konklusi itu juga sangat mengingatkan ke ‘My Girl‘-nya Thailand yang diadopsi versi dubbing-nya disini sebagai ‘Cinta Pertama‘ oleh Rizal Mantovani secara kreatif dulu. Apapun itu, yang jelas, film Giddens Ko itu memang secara keseluruhan digagas dengan pendekatan berbeda dari banyak film sejenis. Almost worked like magicdibalik elemen-elemen klise genre sejenisnya.

            Namun satu yang cukup krusial adalah sebuah scene yang juga masuk ke dalam trailer-nya seolah mau memunculkan aji mumpung, atau memang mereka tak pernah tahu sumber-sumber aslinya berasal dari mana. Adegan yang jelas-jelas menjiplak sebuah meme marriage proposal video dari Singapura yang terkenal kemana-mana, antara Tim (Timothy Tiah Ewe Tiam ; co-founder dari sebuahSingapore-based ad-blogging site terbesar, Nuffnang) dan Audrey (Audrey Ooi Feng Ling), kekasihnya, seorang blogger dari Malaysia. Selagi marriage proposalnyata itu terinspirasi dari sebuah adegan dalam ‘Love Actually’, yang juga menginspirasi banyak video sejenis dari berbagai negara, sisi kreatif Tim & Audrey-lah yang di copy paste oleh ‘Crazy Love’ ke dalam adegannya, hingga ke templategambar dan nyaris jenis font pada tulisan di lembaran-lembaran kertas yang digunakannya. Entah memang mereka merasa meme-meme itu artinya sudah jadipublic domain, or maybe these guys already earned their copyright, entahlah. Tapi yang jelas, ini menjiplak inspired products. Ripping off a rip off. Bukan source aslinya. (Video Tim & Audrey bisa dilihat disini)

            The premise? Tak jauh dari ‘You Are The Apple Of My Eye’ berikut elemen-elemennya, memang, meskipun ada modifikasi disana-sini dari skrip Cassandra Massardi dan Alim Sudio. Tentang percintaan masa sekolah antara Kumbang (Adipati Dolken) dan Olive (Tatjana Saphira). Olive yang jadi incaran Kumbang bersama tiga orang sahabatnya sejak lama, Abdu (Kemal Pahlevi), Daniel (Herichan) dan Basuki (Zidni Adam), oleh Kepala Sekolah (Ray Sahetapy) diserahi tugas menjadi mentor Kumbang yang selalu ketinggalan di sekolah atas sikap bengalnya. Olive awalnya menolak karena ia tak pernah menyukai prinsip hidup Kumbang, tapi lama kelamaan, cinta ini menemukan jalannya. Tinggal Kumbang yang terus dilanda keraguan hingga jauh setelah Olive melanjutkan sekolah ke Jerman, ia kembali dengan sebuah pesta ulang tahun.

            Dalam konteks jualan, dari poster hingga ke tampilan film produksi Maxima Pictures ini, ‘Crazy Love’ jelas sangat menjual. Tak hanya dari deretan cast-nya, ada Adipati Dolken dan Tatjana Saphira yang sedang menanjak namanya di perfilman kita, pemeran-pemeran pendukungnya juga sangat sangat dikenal. Ray Sahetapy, duet Harry de Fretes – Ira Wibowo yang sangat mengingatkan ke ‘Lenong Rumpi’, penampilan khusus dua penyanyi Alena Wu dan Judika Sihotang, berikut sebaris pemeran sahabat Kumbang serta Putri Una sebagai sahabat Olive. Tak ada juga yang salah dengan chemistry mereka dalam ‘Crazy Love’. In a scale of a very pop romcom, semuanya sudah sesuai dengan porsi akting serba komikalnya, termasuk juga sinematografi Enggar Budiono dan penyutradaraan Guntur Soeharjanto, salah satu sutradara film kita yang deretan film-filmnya memang kerap diwarnai turun naik kualitas secara keseluruhan.

              Begitulah, apa yang kita dapatkan dari ‘Crazy Love’, ketimbang sebuah racikan kreatif dari segala klise-klise itu ternyata tak lebih dari lagi-lagi, absurditas dalam turnover karakter hingga ke dialog-dialognya. Alih-alih menggambarkan kebodohan polos serba remaja seperti ‘You Are The Apple Of My Eye’ yang paling tidak masih sangat believable dan punya magical thrill tak biasa, Cassandra danAlim memilih bermain aman memodifikasi ngeles-ngeles inspirasi tadi hanya dengan penggunaan simbol kumbang dan kupu-kupu. Lengkap pula dengan adegan-adegan tipikal, maaf, buang air, secara cukup eksploitatif. Dari hubunganKumbang dengan keluarganya, kenakalannya, set-set mirip, adegan flashback memorable sampai jalan menuju konklusi menarik di ending namun harus berpanjang-panjang tak karuan dibalik  scoring over the top Joseph S. Djafar,almost a rip off from many movie scorings juga seperti biasanya, semuanya malah berbalik mementahkan ‘Crazy Love’ lebih mirip sebuah rip off ketimbang somethingcreatively inspired. You’ll be the judge then, but I said, walau masih bisa sedikit menghibur, tanpa adegan yang jelas-jelas KW-nya KW itu pun, senjata berupainspired theme ke ‘You Are The Apple Of My Eye’ tadi, seharusnya, sangat punya potensi untuk bisa jauh lebih baik dari ini.

Sumber: http://danieldokter.wordpress.com/2013/08/21/review-crazy-love-2013/

Legenda Gunung Kelud

Alkisah, ada seorang putri cantik jelita bernama Dyah Ayu Pusparaini. Ia merupakan putri Raja Brawijaya yang bertahta di Kerajaan Majapahit. Sang putri memiliki wajah yang begitu cantik bak rembulan, kulit halus laksana sutera serta tubuh indah nan mempesona. Sudah banyak putra bangsawan dan pangeran yang datang melamar, namun tak satupun lamaran yang diterima oleh Prabu Brawijaya karena kuatir menimbulkan kecemburuan bagi yang lain.

Setelah berpikir keras, sang Prabu pun mengadakan sayembara untuk menentukan calon menantunya. Barang siapa yang berhasil menarik busur sakti Kyai Garudayeksa dan mengangkat gong Kyai Sekardelima, maka dialah yang berhak mempersunting sang putri. Pengumuman sayembara pun  disebar ke penjuru negeri.

Adalah Lembu Sura, seorang pemuda berkepala lembu yang mampu memenuhi permintaan sang Prabu dan berhasil memenangkan sayembara tersebut tanpa diduga. 

Karena penampilan Lembu Sura yang 'buruk rupa' Putri Dyah Ayu Purpasari menolak diperistri. Namun, sebagai seorang raja, Prabu Brawijaya berusaha menepati janjinya dengan tetap ingin menikahkan putrinya dengan Lembu Sura. Menjelang acara pernikahan, sang Putri memberikan satu syarat tambahan kepada Lembu Sura.
Ia meminta dibuatkan sebuah sumur di puncak Gunung Kelud dan harus diselesaikan oleh Lembu Sura dalam waktu hanya satu malam.

Berangkatlah Lembu Sura ke Gunung Kelud. Sesampainya disana, ia menggali tanah dengan menggunakan sepasang tanduknya. Tak lama, galiannya telah cukup dalam hingga ia tak terlihat lagi dari bibir sumur. Melihat hal ini. Putri Dyah panik dan memohon kepada ayahnya untuk menggagalkan upaya Lembu tersebut.

Tak ingin mengecewakan permintaan putrinya, Prabu Brawijaya pun memerintahkan pengawalnya untuk menimbun sumur yang tengah digali oleh Lembu Sura itu.

Para pengawal yang tak membantah perintah tersebut pun segera menimbun galian tersebut dengan tanah dan batu. Tanpa peduli dengan teriakan Lembu dari dalam sumur, para pengawal terus menimbun hingga akhirnya Lembu Sura terkubur di dalamnya. Walau telah terkubur, Lembu Sura mengucapkan sebuah sumpah sakit hati yang terdengar hingga di luar sumur.


"Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung"

(Wahai orang-orang Kediri, suatu saat kalian akan dapat balasanku yang teramat besar. Kediri akan jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung bakal jadi daerah perairan dalam)



Dalam sumpahnya, Lembu Sura berjanji bahwa setiap dua windu sekali dia akan merusak seluruh wilayah kerajaan Prabu Brawijaya. Mendengar kutukan tersebut, Prabu Brawijaya dan seluruh rakyatnya ketakutan. Berbagai upaya dilakukan untuk menangkal kutukan tersebut. Sang Prabu pun memerintahkan para pengawalnya untuk membangun sebuah tanggul yang kokoh (kini telah berubah menjadi Gunung Pegat) dan menyelenggarakan selamatan yang disebut dengan Larung Sesaji. Meski demikian, kutukan Lembu Sura tetap terjadi. Setiap kali Gunung Kelud meletus, dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai amukan balas dendam Lembu Sura terhadap pengkhianatan Prabu Brawijaya dan putrinya. 

Rabu, Februari 12, 2014

Sekolah vs Bimbel (?)

Banyak sekali hal yang diperbincangkan mengenai seberapa besar peranan Bimbingan Belajar (Bimbel) terhadap kesuksesan masing-masing siswanya. Bahkan, peranan sekolah pun mulai dikesampingkan. Banyak sekali siswa yang mengaku lebih efektif belajar di Bimbel dibandingkan di sekolah. Selain itu, siswa bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga malam sekali di Bimbel untuk sekedar tambahan atau menyelesaikan materi yang belum benar-benar dipahami. Namun, apakah benar peranan sekolah sudah tidak terlalu banyak? Apakah bimbel sebaik itu?

Alasan mendasar bimbel lebih berperan dari sekolah karena bimbel bisa meningkatkan prestasi disekolah. Memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Prestasi siswa juga dipengaruhi faktor lain yaitu potensi otak dan mental siswa.

 Kalau masalah pembelajaran di bimbel lebih efektif dari pembelajaran sekolah relatif dari metode belajar itu sendiri. Apakah privat, small group, atau satu kelas terdiri dari 20 siswa. Metode yang terakhir terbukti tidak efektif dari pembelajaran biasa di sekolah, karena siswa yang terlalu banyak memecah konsentrasi dan fokus guru itu sendiri. Efeknya, samaa saja seperti di sekolah.

Tapi, untuk keseluruhan meski bimbel memiliki peranan sangat besar tapi sebenarnya sekolahlah yang membentuk pola belajar setiap siswanya. Terutama lingkungan belajar di sekolah yang mendukung. Semua itu tidak bisa didapatkan di bimbel. Pembentukan pola belajar yang mandiri itu karena sekolaah. Hampir separuh dari waktu kita dihabiskan disekolah.

Tidak ada alasan untuk seorang siswa memboloskan diri dari sekolah untuk bimbel. Bimbel punya waktunya tersendiri, setelah pulang sekolah. Lelah? Risiko yang diambil ketika memilih untuk mengikuti bimbel. Sekolah tidak bisa dipandang sebelah mata sama sekali.
Semua tergantung pada pilihan masing-masing, Resiko sudah dipertimbangkan ketika menentukan pilihan sendiri.